
Sumber: wikimedia.org
Saya berpendapat para pencinta matematika bisa dibagi menjadi 3 tipe. Pembagian tipe ini berdasarkan hal yang membuat mereka tertarik terhadap matematika.
1. Pemecah Soal
Pencinta Matematika tipe ini teramat suka menjawab soal. Semakin sulit soalnya justru membuat dia semakin tertarik, semakin tertantang untuk menjawabnya. Kepuasan yang didapat setelah mampu menjawab soal yang rumit dan kebanggaan mampu menjawab soal yang tidak bisa dijawab orang lain inilah yang membuat dia jatuh cinta dengan matematika. Jelas, para peserta Olimpiade Matematika masuk tipe ini.
2. Konseptor
Tipe ini tidak begitu suka mengerjakan soal-soal rumit setingkat olimpiade tetapi suka mempelajari dan memahami konsep-konsep matematis. Tipe ini tidak begitu tertarik menjawab soal limit fungsi tetapi dia akan bertanya-tanya “Sebenernya limit itu apa sich”, “Mengapa definisi limit menggunakan epsilon-delta?”. Tipe ini mencintai matematika karena keangunan dan ke-eleganan konsep-konsepnya. Bisa dikatakan saya termasuk tipe ini, terlihat dari postingan-postingan di blog ini. Postingan-postingan di blog ini mayoritas membahas konsep-konsep matematis hanya sedikit yang membahas soal.
3. Gabungan
Dari namanya jelas, gabungan dari pemecah soal dan konseptor. Ada pecinta matematika yang doyan melahap soal dan juga suka tenggelam didalam konsep-konsep matematis.
***
Nah… Jika anda pencinta matematika, anda termasuk tipe apa?
Haha. Bagus skali kak.
Aku lebih ke nomor 2 (Konseptor),
karena aku suka Struktur Aljabar dan Analisis Real hehehe.
Tapi sbenernya yang lebih bagus itu mengembangkan diri menjadi nomor 3 (gabungan) kan kak?
Soalnya biar gmnpun nomor 1 (pemecah soal) itu daya kreativitasnya terasah. Hehe
Salam kenal dari Mat Unair…
Ya.. salam kenal juga 🙂
baru belajar mencintai matematika. penasaran dengan kata ini “mencintai matematika karena keangunan dan ke-eleganan konsep-konsepnya” kalimat serupa sering sy temuin di blog orang-orang matematika hihi
sy selalu bertanya kpn sy akan merasakan (ke-eleganan matematika) seperti orang-orang itu (termasuk mas yg pun ya blog ini)
Tapi dalam mengerjakan soal2 olimpiade matematika itu, yang paling penting itu konsepnya loohhh, karena soal2 olimp itu soalnya ‘non rutin’.
Contoh:
Persamaan kuadrat x^2 – x + 1 = 0 mempunyai akar2 a dan b. Berapakah nilai dari a^8 + b^8?
Jelas, untuk menghitung a^8 + b^8 harus mengerti dulu apa itu ‘akar2’. Jika tidak, maka dia akan menghitung a^8 + b^8 = (a + b)^8 – … sehingga bisa digunakan sifat jumlah dan hasil kali akar2, yang mana sangatlah sulit dan melelahkan untuk menguraikan a^8 + b^8.
Kalau mengerti konsep apa itu akar2, maka soal tsb bisa dijawab dgn:
a^2 – a + 1 = 0, sehingga a^2 = a -1
a^4 = a^2 – 2a + 1 = -a
a^8 = a^2
Dengan cara yg sama, didapat b^8 = b^2
Dengan demikian, menghitung nilai dari a^8 + b^8 sama nilainya dengan a^2 + b^2, yang mana sangat mudah untuk mencarinya.
🙂
Iya memang mengerjakan soal yg penting konsep. Kemampuan mengerjakan soal berbanding lurus dengan pemaham konsep, keduianya bagai 2 sisi mata uang yg tak terpisahkan tetapikan orang ada yg lebih suka sisi yg satu ada yg lebih suka sisi yang satu lagi. Kesukaan inilah yg saya bahas
hammppp.. sy suka yg pertama.
sy tidak begitu tertarik untuk memahami konsep.
🙂
saya yg ke 3 ka (tipe gabungan). jujur saya seneng kalau saya lebih unggul dalam memecahkan soal. dan saya juga suka konsep2nya tapi saya kadang aga bingung tentang limit, tapi klo bisa nyelesain soal limit saya bangga banget.
Saya lebih ke-1 sih (ketahuan emang anak olim), tp hampir ke 3 juga, hehe
Itu blm selesai mas, itulah yg dinamakan…?
bukan belum selesai, itu harusnya dihapus. Thanks atas koreksinya 🙂