Bayangkan kamu sedang mengikuti suatu kuis. Host kuis tersebut memintamu memilih salah satu dari dua amplop, yang satu berwarna biru dan satunya lagi berwarna merah. Sang host berkata:
Kedua amplop tersebut berisi uang lebih dari sejuta rupiah. Tepatnya berapa? Itu rahasia. Salah satu amplop beriskan uang dua kali lebih banyak daripada amplop yang lain. Amplop mana yang uangnya lebih banyak? Itu juga rahasia saya. Silahkan kamu pillih amplopnya.
Tentu saja kamu akan memilih secara acak, misalkan kamu memilih amplop biru, kemudian host akan berkata:
Yakin nich milih warna biru? Gak mau ganti amplop? Bisa jadi amplop merah yang uangnya lebih banyak.
Apa yang akan kamu lakukan? Tetap memilih amplop biru atau berganti amplop?
Nah… sekrang mari kita analisa bersama. Asumsi amplop biru berisikan Rp X juta maka amplop merah akan beriskan Rp 2X juta atau Rp X/2 juta dengan kemungkinan 50:50. Jika kamu berganti amplop maka nilai harapan (expected value) dari uang yang berada di amplop merah adalah:
1/2 × 2X juta + 1/2 × X/2 juta = 5/4 X juta
Lebih besar dari X juta yang berada di amplop biru maka kamu harus berganti amplop.
Mmm… sepertinya keputusan yang rasional untuk berganti amplop. Eh… tapi tunggu dulu, jika kamu berganti amplop menjadi amplop merah kemudian kamu kembali melakukan perhitungan seperti diatas maka kamu akan mendapatkan kembali keputusan untuk berganti amplop. Dengan kata lain kamu akan terus-menerus berganti amplop tanpa pernah selesai. Mmm… aneh sekali bukan?
***
Apa yang sampaikan diatas dikenal dengan sebutan Paradoks dua Amplop. Hanya memutuskan untuk memilih aplop dengan mengunakan dasar-dasar teori peluang ternyata bisa menimbulkan perulangan tak hingga banyaknya.