Sebagai guru Matematika SMA, materi favorit saya adalah Logika. Karena materi ini membuat siswa untuk berpikir bukan berhitung dan banyak hal-hal yang “mind blowing” yang bisa saya berikan ke Siswa. Pada kurikulum 206 (KTSP), materi ini diberikan di semerster 2 kelas X. Btw untuk kurikulum 2013 materi logika disampaikan ke kelas berapa dan semester berapa?
Di semester 2 sekarang, sekolah saya kembali mengunakan KTSP, jadilah saya kembali mengajarkan logika kepada siswa kelas 10. Hari sabtu kemarin (10/01/15) untuk pertama kalinya saya memberikan konsep paradoks kepada siswa kelas 10, meskipun sebenarnya konsep ini tidak ada dalam silabus logika. Tidak apalah itung-itung memberikan wawasan baru untuk anak.
Kepada siswa kelas 10, Saya mengatakan bahwa yang namaya paradoks adalah pernyataan yang bisa benar sekaligus salah secara bersamaan. Apa pun nilai kebenarannya, paradoks selalu menimbulkan pertentangan / kontradiksi. Awalnya saya hanya memberikan 2 contoh paradoks yaitu paradoks pembohong dan paradoks Pinokio. Meskipun sempat ragu, akhirnya saya memutuskan memberikan contoh ke-3 yaitu Paradoks paling kontroversial. Paradoks Sang Maha kuasa (Omnipotence Paradox)
Tuhan yang maha kuasa mampu menciptakan batu yang teramat berat sehingga DIA sendiri tidak mampu mengangkatnya.
Apa nilai kebenaran dari pernyataan di atas?
- Jika bernilai benar itu artinya Tuhan bisa menciptakan suatu hal dimana DIA tidak mampu mengangkat objek ciptaannya itu sendiri, aneh bukan.
- Jika bernilai Salah, ini lebih aneh lagi, artinya ada suatu batu yang tidak bisa diciptakan Tuhan.
Dengan kala lain, apapun nilai kebenaran dari pernyataan diatas akan bertentangan dengan konsep kemaha kuasaan.
Saya meminta murid-murid saya untuk memberikan pendapatnya. Ternyata meraka berpendapat bawa kalimat pertama ” Tuhan yang maha kuasa mampu menciptakan batu yang teramat berat” itu bernilai benar dan kalimat terakhir ” sehingga DIA sendiri tidak mampu mengangkatnya.” bernilai salah. Dengan kata lain meraka memotong paradoks sang maha kuasa menjadi dua bagian lalu memberikan nilai kebenaran yang berbeda. Yach… itulah pendapat ABG berumur 15 tahun terhadap paradoks Sang maha kuasa.
Di akhir pelajaran saya memberikan penutup bahwa ada 2 sudut pandang terhadap paradoks tersebut. Paradoks tersebut mengatakan Tuhan di luar jangkauan logika manusia atau secara logika, tuhan mustahil ada. Sudut pandang yang kamu pilih akan menunjukkan apaka kamu seorang theist (percaya Tuhan) ataukah Atheist (tidak percaya Tuhan).
paradox itu -ya – paradox, tak harus ada jawabnya. kebenaran konklusinya di kembalikan ke premisnya https://waniankun.wordpress.com/2019/01/02/paradox-kemahakuasaan-omnipotence-paradosks-tadabbur-surat-al-ihklas-bag-1-relativitas/
Menurut definisi Tuhan itu Maha Kuasa. Tidak ada yg lebih berkuasa dari pada Dia, mungkin juga termasuk hukum logika.
Saya cenderung ikut pandangan pertama.
Seandainya Tuhan memang ada, Dia ada di luar jangkauan kita.
Kalau pakai soal paradoks kemahakuasaan yang tradisional (yang pake batu), gampang aja. Sebelum diangkat, dengan sifat Maha Kuasanya, tuhan dapat menurunkan berat batu tersebut. Mengapa tuhan melakukan itu? Karena tuhan omniscients, Dia tahu kalau batu itu gak bakalan tuhan bisa angkat.
Btw, itu bukanlah tuhan yang transenden, masih dikenai sifat-sifat antromorfisme. Tuhan tidak terikat dengan dimensi ruang, waktu, dan semua dimensi. Soal ini lebih cocok, “Dapatkah Tuhan, dengan sifat kemahakuasaannya, menghilangkan sifat kemahakuasaan itu sendiri?”.
Diturunkan dahulu baru diangkat, bukannya itu curang?
Btw bukankah itu konsep Tuhan menurut Agama. Tuhan yang antromorfisme? Tuhan yang bisa senang, bisa marah kemudian meng azab kita.
Ini juga contoh logika paradox http://9gag.com/gag/anXw1bL
Ya… itu juga contoh paradoks