Apa kalian tahu bahwa NASA memiliki katalog gerhana (Matahari dan Bulan) 5 millenium (5.000 tahun) dari tahun 2.000 SM sampai 3.000 M. Dengan katalog tersebut kita tahu bahwa pada tanggal 6 mei 2.999, pukul 23:23:57 akan terjadi gerhana matahari total di 71º LU, 177º BT dengan durasi 3 menit 25 detik. Wuiih… keren, kan? Astronomi mampu memperkirakan kemunculan gerhana, ribuan tahun yang akan datang dengan informasi mendetail.
Sebenarnya kalau mau umat muslim bisa meniru NASA membuat katalog serupa yaitu katalong hilal Ramadhan dalam jangka waktu tertentu. Bayangkan jika kita punya katalog tersebut, kita tidak perlu susah-susah melaksanakan sidang Istbat. Btw ada yang tahu berapa biaya sidang Istbat? Berapa yang harus dikeluarkan negara untuk melakukan pengamatan Hilal di semua provinsi di Indonesia? Sepertinya tidak sedikit. Nah… meskipun secara astronomi pembuatan Katalog Hilal Ramadhan bukanlah hal yang sulit dilakukan tetapi hal tersebut terhalang oleh hadist yang mengatakan Hilal harus dilihat dengan mata.
سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ
“Berpuasalah kalian pada saat kalian telah melihatnya (bulan), dan berbukalah kalian juga di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) Dan apabila tertutup mendung bagi kalian maka genapkanlah bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari: 1776 dan Imam Muslim 5/354)
Masyarakat Yunani kuno sudah mampu melakukan perhitungan astronomis kemunculan Gerhana. Kita tahu bahwa gerhana membutuhkan bulan dan matahari sedangkan kemunculan Hilal hanya membutuhkan bulan itu sendiri. Itu berarti perhitungan astronomis munculnya hilal lebih sederhana daripada gerhana. Oleh karena itu saya menduga bahwa di abad ke-7 sudah ada perhitungan astronomis kemuculan Hilal (Baca: Hisab). Lalu mengapa Hadist diatas tetap meminta kita melihat Hilal secara visual (Rukyat) ? Di abad ke-7, jangankan orang yang bisa astronomi yang bisa baca tulis saja masih jarang. Jadi ketika itu jauh lebih mudah melakukan Rukyat daripada Hisab. Sekarang kondisi terbalik hanya dengan modal Smartphone, kita bisa melakukan Hisab. Kita bisa tahu posisi Hilal mesikipun didalam gedung tertutup sekalipun.
Sebagai muslim memang harus patuh terhadap hadist tetapi menjadi paradoks ketika Islam mengatakan agamanya sejalan dengan ilmu pengetahuan.
Saya request artikel tentang aljabar clifford dong, kayanya enak kalo disampaikan pakai gaya menulisnya mas nur satrio….
hanya pernah dengar sekilas, ilmu belum cukup kalo dijadikan tulisan
Pake stellarium asik pak. Jangankan fase bulan, posisi asteroid besar, posisi stasiun ruang angkasa ISS, hingga sampe quasar dan nebula. Cuma kedatangan meteor aja yg gak bisa diprediksikan. Di sembarang koordinat di bumi (bahkan kita bisa ngeliat langit dari pluto). Di sembarang waktu (kita bisa ngelihat supernova yg dilihat tycho brahe ratusan tahun silam)
#lho malah ngiklan….
Ntar saya install dech 🙂