Di awal bulan puasa kemarin, seorang sahabat Willy memposting sebuah foto di Facebook. Foto buku The God Delusion, edisi terjemahan. Saya kaget ternyata buku kontroversial tersebut ada edisi bahasa Indonesianya. Saya bertanya kepadanya darimana dia membelinya. Willy membeli dari seseorang bernama Janno Pieter, kemudian saya juga membeli ke Janno.
Sekarang saya mau mereview buku tersebut. The God Delusion adalah karya Profesor Biologi Evolusi sekaligus tokoh Atheisme dunia, Richard Dawkins untuk selanjutnya saya singkat RD. Dari judulnya sudah bisa terlihat bahwa buku tersebut hendak mengatakan bahwa Tuhan hanyalah delusi, hanyalah khayalan semata. Sejak pertama kali buku tersebut terbit pada tahun 2006. Buku tersebut membuat kehebohan dimana-mana. Di Turki, penerjemah buku tersebut hampir saja dituntut masuk penjara karena dianggap telah melecehkan Agama. Di Indonesia, The God Delusion diterjemahkan oleh Zaim Rofiqi (saya tidak tahu, siapa dia) dan diterbitkan oleh penerbit Banana asal Depok
Pada Bab Pendahuluan. RD jelas-jelas mengatakan bahwa buku yang dia tulis mengajak pembacanya untuk menjadi Atheis.
Buku ini dimaksudkan untuk memunculkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa menjadi seorang athies merupakan keinginan realistis, suatu keinginan yang berani dan mengesankan. Anda bisa menjadi seorang Atheis yang bahagia, waras, bermoral dan puas secara intelektual
Bab I: Orang Tak beriman yang sangat Religius. Di Bab ini RD mengatakan kita bisa saja merasa takjub, terpesona, “WOW” terhadap fenomena-fenomena alam tanpa perlu menyangkut-pautkan kepada Tuhan. Di bab ini, RD memperkenalkan istilah Agama Einsteinian. Seperti yang dikatakan Albert Einstein.
“Saya adalah seorang tak beriman yang sangat religius. Ini adalah semacam jenis agama baru,”
“Saya tidak pernah melekatkan pada alam semesta suatu tujuan atau suatu arah, atau apapun yang dapat dipahami sebagai anthropomorfis. Apa yang saya lihat dalam alam semesta adalah suatu struktur yang luar biasa yang dapat kita pahami hanya secara sangat tidak sempurna, dan yang pasti akan memenuhi seorang pemikir dengan suatu perasaan rendah hati. Ini adalah suatu perasaan yang jelas-jelas religius yang tidak ada kaitannya dengan mistisisme,”
“Gagasan tetang suatu Tuhan personal sangat asing bagi saya dan bahkan tampak naïf,
Bab II dan III. Pada 2 bab ini RD mengkritisi hipotesa-hipotesa tentang tuhan dan argumentasi-argumetasi keberadaan Tuhan. Saya sepakat dengan RD, saya berpendapat argumentasi-argumetasi keberadaan Tuhan itu terlalu dipaksakan. Mungkin kamu pernah mendengar Argumentasi Prima Causa yang mengatakan di Alam semseta ini terikat hukum sebab-akibat, so pastilah ada titik pangkal dari sebab akibat. Titik pangkal tersebut adalah Tuhan. Sekalipun titik pangkal tesebut ada, kita melakukan lompatan logika jika menyimpulkan titik pangkal tersebut adalah Tuhan. Mungkin juga kamu pernah mendengar argumentasi penciptaan yang mengatakan Alam semesta ini begitu rumit, begitu komplkes mustahil muncul begitu saja haruslah ada Penciptanya. Jika sesuatu yang rumit bin kompleks seperti alam semesta butuh pencipta maka haruslah pencipta yang bisa menciptakan sesuatu yang rumit bin kompleks juga butuh pencipta. Siapa yang menciptakan sang Pencipta?
Bab IV. RD mulai mengeluarkan kepakarannya di bab ini. Dia membabat habis keberadaan Tuhan dengan Teori Evolusi (TE) yang dikuasainya. Menurutnya kita tidak lagi membutuhkan Tuhan untuk menjelaskan asa-usul kehidupan. Mengapa ada kehidupan di Bumi ini bisa dijelaskan oleh Sains. Di Bab ini, RD juga membantah habis-habisan Teori Penciptaan (Kreasionis)
Bab V. RD menjelasakan asal-usul agama dalam sudut pandang TE. Kamu keliru jika berpikir TE hanya membahas asal-usul organisme, TE juga membahas asal-usul perilaku organisme. Dalam kasus ini asal-usul perilaku manusia untuk beragama. Membaca bab ini mengingatkan saya dengan buku Sejarah Tuhan, Keren Amstrong. Tentu saja dengan sudut pandang yang berbeda.
Bab VI. Mengapa kita mempunyai moralitas? Mengapa kita bisa bersikap baik? Ternyata mampu dijawab oleh TE. Menurut RD, moralitas bukanlah sesutu yang turun dari langit melainkan sesuatu yang muncul dari proses evolusi. Saya pernah membaca artikel yang membahas moralitas menurut Neurology tetapi baru kali ini saya membaca Moralitas dibahas menurut TE. Jika kamu berpikir moralitas adalah sesuatu yang diluar jangkaun sains, kamu keliru. Sekarang moralitas suduh menjadi objek kajian sains.
Bab VII. Moralitas sebagai produk evolusi itu berarti moralitas adalah sesuatu yang dinamis, yang berubah seiring perkembangan jaman, bukan sesuatu yang absolute seperti yang dikatakan Agama. Selain itu dinamika dari moralitas tidaklah mengikuti pakem-pakem dari Agama.
Bab VII & IX. Pada 2 bab ini RD menceritakan kejadian-kejadian buruk atas nama Agama. Bagaimana manusia melakukan tindak kejahatan kepada sesamanya atas nama agama. RD menganggap agama tak ubahnya virus yang merusak Nurani manusia.
Bab X. Ini adalah bab terakhir, setelah 9 Bab, RD berargumentasi panjang lebar bahwa Tuhan tidak ada. Pada bab ini RD mengakui ada sisi positif terhadap kepercayaan akan keberadaan Tuhan, RD berkata
Telah terbukti kuat bahwa keyakinan pada eksistensi Tuhan mutlak penting bagi kebaikan psikologis dan emosional manusia.
Kamu jangan salah sangka dengan berpikiran pada akhirnya RD meyakini keberadaan Tuhan. Tidak – Tidak bukan itu maksudnya. RD mengatakan bahwa keberadaan Tuhan adalah sesutu yang diinginkan tetapi itu sama sekali tidak membuktikan keberadaan Tuhan.
***
Saya akui saya bisa menerima cara berpikir RD. Menurut saya buku ini perlu dibaca oleh kita yang beragama bukan untuk menjadi Atheist tetapi untuk memberikan cakrawala-cakrawala baru tentang Agama. Buku The God Delusion memberikan sudut pandang yang bener-bener berbeda terhadap agama terlepas apakah kita sepaham dengan sudut pandang tersebut, terkadang kita perlu melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda.
Setelah selesai membacanya, saya jadi beranggapan RD adalah cendekiawan sejati. Mungkin pendapatnya dianggap gila oleh mayoritas orang tetapi dia memberikan argumentasi yang jelas bedasarkan keilmuwannya untuk mendukung pendapat gilanya tersebut. Bagaimana dengan kita? Kita belum tentu memiliki argumentasi untuk mendukung pendapat yang kita lontarkan.
Bukannya ada 12 bab ya ?
gue pernah liat buku ini di gramed.. terbitan mizan..
tapi, plastiknya udah disobek semua.. gramednya ga niat jualan 😀
Review yang sangat bagus. Saya yang dilahirkan di keluarga agamis dan dibesarkan di sekolah agamis, menginjak usia remaja mulai mempertanyakan apakah agama yang saya anut adalah agama yang memang pilihan saya atau hanya karena terlahir saya di agama ini. Besok saya akan baca bukunya, dan semoga bisa mendapat insight dari sudut pandang yang berbeda.
Review yang bagus, saya jadi beli bukunya.
Ditunggu review untuk buku satunya: pertunjukan paling agung 🙂
pembuktian
itu irasional (“ngga ada” bil.bulat yg memenuhi p/q) bukannya pembuktian negatif? Dan maaf oot, ngomong2 akar, mana yg bener


sudah tersirat hasilnya harus positif? ada perdebatan kecil sama teman, katanya -3 itu kalau
. Bingung.
atau
apa benar
Bukan, pembuktian tidak ada bilangan rasional yang memenuhi
sebenernya adalah redaksi lain dari pembuktian keberadaan bilangan irasional
. Dengan kata lain bukan pembuktian ketidak-adaan justru merupakan pembuktian keberadaan dari bilangan irasioanl
.
adalah fungsi yang domain dan codomainnya haruslah positif
adalah 3 dan -3. Ngerti bedanya kan?
fungsi
Akar dari 9 adalah 3 sedangkan akar dari
oh oke. kalau dilihat sebagai fungsi iya juga. outputnya ngga boleh lebih dari satu. hm. iya, iya…
berarti saya salah. 🙂
pembuktian $\sqrt{2}$ itu irasional (“ngga ada” bil.bulat yg memenuhi p/q) bukannya pembuktian negatif? Dan maaf oot, ngomong2 akar, mana yg bener
$\sqrt{9}=3$
atau
$\sqrt{9}=\pm 3$
apa benar $\sqrt{9}$ sudah mengimplikasikan hasilnya harus positif (membuang yg negatif)? ada perdebatan kecil sama teman, katanya -3 itu kalau $- \sqrt{9}$. Bingung.
Saya sendiri seorang ateis tapi saya sangat benci ketika ada ateis yg merendahkan seorang yg taat beragama. Buku ini sering dijadikan semacam kitab suci buat menyerang, ya saya katakan menyerang bukan berniat untuk diskusi.
Percaya atau tidak percaya adalah pilihan, kita sama sama tidak punya bukti pasti tuhan ada atau tidak ada, yang ada cuma dugaan. Ketiadaan bukti bukan bukti ketiadaan, saya pernah dengar. Saya membuka pada semua kemungkinan.
Ada rekan yang berkata, agama adalah sumber perang dan kekacauan. Menurut saya bukan agama atau uang atau pandangan politik sebenarnya yang membuat dunia ini “rusuh”, tapi bagaimana kita menyikapinya.
Dan akhir kata, blog anda bagus. Saya beruntung tersesat di sini ketika berkelana mencari referensi matematika.
Ya juga muak dengan Atheis yang merasa mendapatkan enlightenment kemudian menganggap orang2 beragama itu terbelakang
Ya… pada akhirnya itu semua adalah pilihan hidup. Mungkin bukti keberadaan Tuhan tidak ada begitupula sebaliknya
Kita tidak punya cara untuk pembuktian negatif
bagaimana cara membuktikan babi terbang tidak ada?
Bagaimana cara membuktikkan gatot kaca tidak ada?
Ya. Tapi tentu ada perbedaan antara babi terbang dan gatotkaca dengan tuhan. Babi terbang punya padanan babi pada umumnya. Babi pada umumnnya tidak terbang. Begitujuga gatotkaca yang punya padanan manusia pada umumnya. Konsep tentang tuhan, saya rasa tidak punya padanan.
Saya sendiri mengakui tidak percaya keberadaan tuhan karena tidak percaya. Mungkin terdengar bodoh, tapi memang begitu, sesederhana itu.
Begitulah.
Buku god delusion terjemahan itu penerbitnya apa ya, kalau saya boleh tanya?
Intinya,kita tidak punya metode pembuktian negatif. Kita tidak punya metode membuktikan X tidak ada. Apapun itu X.
Sudah sebutkan diatas, penerbitnya banana asal depok
Ah, ya ampun iya, maaf, saya bukan pembaca yang baik, seringkali ada kalimat atau kata yang terlewat.