Di Awal tahun 2010, Peter Backus seorang dosen Ekonomi di Universitas Warwick, Inggris yang saat itu berumur 31 tahun bertanya-tanya mengapa dirinya masih jomblo? Nah… akibat dari pertanyaan tersebut dia menuliskan paper berjudul Why I don’t have a girlfriend. Silahkan klik di sini, jika ingin mengunduhnya. Di paper tesebut, Om Backus mengunakan rumus
yang memberikan penjelasan matematis tentang kejombloannya. Rumus yang dia gunakan sebenarnya merupakan persamaan Drake yang digunakan oleh para Astronom untuk memperkirakan keberadaan kehidupan cerdas di galaksi kita.
G = Banyaknya pacar potensial.
= Banyaknya jumlah penduduk di Inggris
Di Paper tersebut, dia menuliskan jumlah penduduk Inggris adalah 60.975.000 orang
= Rasio penduduk di Inggris yang perempuan
Dia menuliskan nilai 0,51
= Rasio perempuan Inggris yang tinggal di London
Om Backus tinggal di London, dia tidak mau LDR (Long Distance Relaionship) makanya dia menginginkan perempuan yang tinggal di London juga. Dia menuliskan nilai 0.13.
= Rasio perempuan di London yang umurnya sesuai
Om Backus mengiginkan perempuan London dengan rentang umur 24 – 34 tahun, nilai rasionya adalah 0,20
= Rasio perempuan di London yang umurnya sesuai dengan gelar sarjana
Oh… ternyata Om Backus ingin perempuan yang berpendidikan yang bergelar sarjana. Wajar sich soalnya dia dosen sudah S3, nilai rasionya adalah 0.26.
= Rasio perempuan di london yang umurnya sesuai dengan gelar sarjana serta menarik secara fisik.
Ya… pada akhirnya yang namanya laki-laki melihat fisik perempuan apakah menarik atau tidak. Yang namanya laki-kaki pastinya menginginkan perempuan yang secara fisik menarik, tentu saja menarik menurut pandangan dia. Om Backus memberikan nilai rasio 0,05.
Sekarang semua nilai-nilai tersebut masukkan kedalam rumus di atas
G = 60.975.000 ⋅ 0,51⋅ 0,13⋅ 0,20 ⋅ 0,26 ⋅ 0,05
G = 10.510
Artinya ada 10.510 penduduk di Inggris yang memenuhi kriteria untuk menjadi pacar Om Backus. Itu sekitar 0.017% dari penduduk Inggris atau 0,14 % dari penduduk london. Mmm… nilai yang teramat kecil, wajar kalo Om Backus jomblo 🙂
Eh tetapi itu kejadian tahun 2010, sekrang Om Backus sudah tidak Jombo lagi, sudah menikah, berdasarkan info dari sini
***
Matematika itu mengagumkan, bukan? Mampu menjaelaskan buaanyak hal termasuk mengapa kamu masih jomblo.
mantap pak tapi kemungkinan putusnya lebih besar ya hehehe
jadi itu alasan kenapa masih banyak jomblo ya pak :””
jadi matematika bisa menjelaskan kenapa masih jomblo ya pak :”
sekarang.. saya tau kenapa saya jomblo :v
bapak punya saran ga yang matematis biar kami ga merasa kesepian?
#HidupJomblo
-Lidia Agahari/10ips1
Mantap mantap pakk! Baru tau yang beginian. Jomblo di dunia harus tau nih hmm..
Ternyata rumus matematika bisa untuk hal2 seperti ini juga ya pak 😁😁
Thanks for intoudrcing a little rationality into this debate.
Dunia ini terikat oleh matematika sampe status pun juga 😂😂😂
Hallo Pak Satria, saya ijin sebut post ini di blog saya yaa 🙂
Iya silahkan 🙂
Wah ini… 😀
Nanti saya baca papernya 😀
Ternyata emg bener ya semuanya ada hubungannya sama matematika sampe jomblo juga hahahah
Haha jomblo saja bisa dihitung ternyata
Ternyata dalam hal hubungan-hubungan juga ada rumusnya juga yaa.. Keren lah pak! 😀
Kerenn banget dari pertanyaan yang seperti itu bisa sampai dihitung dan di cari peluangnya
Hmmm boleh dicoba nihh… :p
haha keren.. coba hitung ah untuk di wilayah bandung :)))
Hahaha, artikelnya keren dan unik, matematika digunakan untuk menjawab alasan kenapa jomblo. Keren. Ditunggu artikel berikutnya.
http://www.wowbagoesmath.blogspot.com
Rumusnya kok bisa gitu?
Asal rumus Drake itu gimana kak bisa jadi gitu?
Saya kutip dari National Geographic edisi Juli 14, dalam tulisan “Berburu Kehidupan di Luar Bumi”
“…..Sulit dipastikan kapan pencarian kehidupan ditengah bintang-gemintang bergeser dari fiksi ilmiah menjadi ilmu pengetahuan. Tetapi, salah satu tonggak utamanya adalah pertemuan astronomi pada November 1961. Pertemuan itu diselenggarakan oleh Frank Drake, astronom radio muda yang penasaran dengan ide mencari transmisi radio dari makhluk luar angkasa.
Ketika dia mengadakan pertemuan itu, pencarian kecerdasan luar bumi, atau SETI, “boleh dibilang masih tabu dalam astronomi,” kenang Drake, yang kini berusia 84 tahun. Dia mengundang sejumlah astronom, ahli kimia, ahli biologi, dan insinyur, termasuk ilmuwan planet muda bernama Carl Sagan, untuk membahas bidang yang kini dinamai astrobiologi, yakni ilmu tentang kehidupan di luar Bumi. Khususnya, Drake ingin bantuan para pakar untuk memutuskan, apakah bijak jika kita mencurahkan sejumlah besar waktu teleskop radio untuk mencari siaran dari makhluk luar angkasa, serta apa kira-kira cara yang paling menjanjikan untuk mencarinya. Berapa banyak peradaban yang mungkin ada di luar sana? dia bertanya-tanya. Jadi, sebelum para tamu tiba, dia menulis sebuah persamaan.
Tulisan itu, yang kini terkenal sebagai persamaan Drake, menyediakan proses untuk menjawab pertanyaannya. Kita memulai dengan laju pembentukan bintang mirip-Matahari di Bima Sakti, lalu mengalikan itu dengan persentase bintang seperti itu yang memiliki sistem planet. Kalikan hasilnya dengan rata-rata jumlah planet ramah-kehidupan di setiap sistem tersebut—yakni planet yang kira-kira sebesar Bumi dan mengorbit pada jarak yang tepat dari bintangnya, agar dapat dihuni kehidupan. Kalikan itu dengan persentase planet yang dihuni makhluk hidup, lalu dengan persentase planet yang memiliki makhluk hidup cerdas, lalu dengan persentase planet yang dapat mengembangkan teknologi untuk memancarkan sinyal radio yang dapat kita deteksi.
Langkah terakhir: Kalikan jumlah peradaban yang menguasai teknologi radio dengan rata-rata lama waktu mereka mampu menyiarkan sinyal atau bahkan bertahan hidup.