
Sumber: Dream.co.id
Tulisan ini judulnya bombastis yach? “Menggugat Doa”. Bukan, bukan saya yang menggugat doa melainkan Francis Galton. Pada tahun 1872, Om Galton mengamati jemaat Gereja di Inggris yang berdoa setiap hari minggu untuk kesehatan keluarga kerajaan. Om Galton bertanya-tanya apakah doa tersebut manjur? Jika manjur, seharusnya usia anggota keluarga kerajaan lebih panjang dari kelompok masyarakat lainnya. Kemudian dia melakukan penelitian, diperoleh data sebagai berikut.
Data yang dikumpulkan om Galton justru berkata sebaliknya. Para keluarga kerajaan memiliki usia yang paling pendek dibandingkan kelompok masyarakat lainnya. Yang usiannya paling panjang adalah para gentry, kelompok elite, kelas atas. Btw bukankah seharusnya keluarga kerajaan dengan sendirinya masuk ke kelas gentry ? Yang ngerti budaya atau sejarah Inggris mungkin bisa memberikan penjelasan.
Dari data tersebut, om Galton berkata:
The sovereigns are literally the shortest lived of all who have the advantage of affluence. The prayer has therefore no efficacy, unless the very questionable hypothesis be raised, that the conditions of royal life may naturally be yet more fatal, and that their influence is partly, though incompletely, neutralized by the effects of public prayers.
Dengan tegas, dia berkata doa yang dipanjatkan sekian banyak orang Inggris tersebut tidak manjur. Meskipun om Galton masih mengakui manfaat lain dari doa.
it is found to give serenity during the trials of life and in the shadow of approaching death.
Menurutnya doa memberikan ketenangan dalam menghadapi ujian kehidupan dan ketika bayang-bayang ajal mendekati.
(Francis Galton, “Statistical Inquiries Into the Efficacy of Prayer,” Fortnightly Review 12 [1872], 125-35.)
Pingback: 29+ Daftar Blog Sains Terbaik di Indonesia - Saintif
itu berdoa nya kepada siapa? jangan2 salah milih Tuhan tuh, eh…